RSS

Ramadhan dan Mas Pram


                Senin, 15 agustus 2011. Itu tanggal hari ini. Ya. Tiga hari sebelum aku memulai perjalananku. Menuju layo? Secepat inikah ? oh, mengapa? Jujur, sewaktu awal-awal memasuki bulan ini hatiku benar-benar tak sabar untuk hijrah ke tempat baru itu. serasa hatiku sudah disana. Tapi, apa hendak ku saksi. Tak sanggup menatap asa rasanya. 10 hari tanpa celoteh Umakku, tanpa lelucon lebay khas ayahku, tanpa tangis dan kenakalan si kecil Azzam dan kepolosan my cousin jauhku Rapita (baca:gadis). Ah… mengapa aku terlalu cengeng seperti ini. Setelah cukup kecewa dengan keabsenan ‘dia’ di bulan yang biasanya member senyum penuh arti yang lain. Rasanya ini yang paling berat untuk hatiku. Menjelmalah segala duga yang tak seharusnya menjabar. Sungguh tak ada gairah berarti menuju sana. Persiapan pun hanya kulakoni seperlunya dan sekenanya. Tanpa airmatapun rasanya aku ingin sekali menangis. Sepertinya aku butuh pantai atau hutan. Sekedar menentramkan sebelum hati bisa menerima sepenuhnya. Aku telah dewasa. Sambut asa diseberang sana.
                Apa yang akan kukerjakan bersama Ria teman sekosku nanti. Tidur mungkin tak kan menyitaku lagi. Oh aku hamper melupakan yang baru. Tetralogi yang baru diantarkan oleh adik dari my sister in low seperti memberi senyum welcome untuk ku rangkai imajinasi dan membuka perlembar kertas karya Mas Pram, yah begitulah yang pernah kudengar dari Kak Okta, sang pemilik keempat roman setebal 5-7 cm itu. aku yang malu mengingat awal ketertarikanku pada Buru(judul tetralogi itu). Pramudya Ananta Toer ? aku sebenarnya hanya mengenal namanya dari sebutan seorang guru yang menyarankan referensi bacaan. Aku yang awam tentang sastra lama tapi sangat berkeingintahuan ini mencari-cari dengan bodoh sebuah fanpage fb Mas Pram. Tak seberapa lama aku men-Like page itu, tiba-tiba sebuah pemberitahuan mengisyaratkan bahwa ada sebuah dinding yang masuk. Ku lihat dan ternyata dari adik ipar kakakku yang betah tinggal di Jogja-oh,memilukan menyebut kota ini-. Baru beberapa ini aku me-requestnya untuk kujadikan teman fbku.
                “Suka Mas Pram juga. Sudah baca tetralogi Buru.”
                Waduh, apalah itu semua. Jujur seperti kataku tadi, aku mengenalnya Cuma lantaran omongan guru bahasa indonesiaku tadi. Tapi, kujawab saja.
                “Iya, hemm belom. Aku Cuma tau Gadis Pantai. Itu aja belum sempat baca-baca nunggu giliran pinjaman di perpus.”
                Wah,aku memang terlalu berani(ini pendapat ibuku). Gadis pantai ?aku hanya pernah meliriknya dibarisan buku sastra setiap aku ke perpus. Seorang teman yang sangat gila membaca lebih dulu telah menamatkannya mengatakan bagus. Jadi bermodal itu saja aku berwacana, daripada harus terlihatt bodoh konyol, pikirku. Dan berjanjilah sang pencinta sejati Mas Pram untuk meminjamkan koleksi-koleksinya pada lebaran tahun ini. Tapi, entah waktu atau memang wicara yang tak terlalu akrab sedunia maya gagallah agenda mengenal karya itu.
                Menjelang kepulangannya tahun ini dia berjanji lagi untuk (lagi) meminjamkan Buru yang kusangka dapat kutamatkan dengan mudah, semudah andrea hirata. Tidak berbuah manis, bunda. Setelah aksi ketiduranku sewaktu kak Okta sengaja dating untuk menepati janji, mataku terbelalak melihat tumpukan empat buku sekelas filsafat itu. wah butuh berapa bulan mengkhatamkannya. Aku hanya terkekeh memandanginya. Nyengir kuda dsn mulai mengguyuri persatu lembarnya.
                Untuk kepergian sesaatku ini. Tak usah tanyakan lebih dari sekali. Jawabnya tetap satu. Dan tak usah kuurai lagi. Buku-buku tebal ini kuharap jadi penawarnya. Karena aku cukup terkesan dengan cara alur yang ditawarkan Mas Pram. Sedikit membuatku kebingungan dengan bahasa sastra lamanya yang sulit kucerna dengan jam terbang bacaku yang baru selevel anak SD tapi cukup membuatku terkekeh sesekali. Oh ini namanya roman. Jujur, walaupun ada yang menyebutku seorang yang menyelami sastra tapi aku sungguh buta dengan roman dan kroni-kroninya.
                Baiklah, netbook tua ini sudah menagih bensinnya. Segini sudah cukup menenangkanku. Aku dan segala yang pernah ada jangan pernah melupa tentang cinta-Nya.

untuk nama yang membuatku 'ada' i love you

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

gadis kecil Al-Aziz

hemm...
setiap tahun, aku selalu kangen sama suasananya. banyak juga cerita berkesan untuk bulan maghfira ini. tapi, agak berbeda untuk tahun ini. aku tak dapat genit lagi. ihiy ;). gak bissa colong-colongan lagi deh. dasar, gadis genit. hhhaha :D. jiah jangan dianggap serius doong. ini kan hanyalah permainan hati saja. niat ke masjidnya sih tetep ibadah atuh.
tapi tahun cukup asik loh. aku bisa ngerasain safari ramadhan bareng ayah :). jadi lebih romantis deh ;). ini aja baru pulang dari tarawih dan tadarus di salah satu masjid yang cukup jauh dari rumah. sekitar 7 kilo mungkin. dijabanin dah.
ada yang lucu malem ini. jadi, pas dateng masjid udah sesak banget. abis turun dari Supra Fitnya ayah aku langsung ngelonyor aja, berharap dalam hati, "aduh, masih adakah ruang untukku". ceile... eh, alhamdulillahnya, dapet satu tempat mepet banget sama pintu keluar-masuk. untungnya itu masjid sepi dari aksi bolak-balik WC sepeerti yang sering kutemui di masjid depan rumah.


pas, mau shalat. gawat saudara-saudara, saya melupakan sajadah. dan karpet sajadah pun gak nyampe ke tempat aku sujud-ruku'. baiklah, daripada tidak shalat sunnah tahiyatul masjid, lebih baik ku bersihkan saja ambal yang gak lembut itu. kanan-kiriku anak kecil semua. sebernanya aku paling seneng berhadapan dengan anak dibawah umur. tapi, entah kenapa keberanian dan keramah-tamahanku sirna seketika sampai akhirnya aku menyelesaikan shalat rawatib qabliyah isya'ku. oh no.
but, ini Amy geto loh, mungkin cuma perlu lima menit buat beradaptasi. sewaktu muadzin mengakhiri suara merdunya, aku dengan tampang muka tembok itu berbicara dengan gadis kecil yang lucu di sebelah kiriku.
"Dek, boleh ikutan dak sejadahnye ?"
si anak menoleh sang kakak disampingnya dan langsung membagi lahan ibadahnya malam itu.
"Makasih yah" bisiikku setelah beranjak dari duduk.
dia hanya tersenyum dan mengangguk.
selama shalat, aku kadang ingin tersenyum melihat tingkah polos adek yang sayangnya tak kutahu namanya ini. dia selalu menengok penuh saksama memperhatikan caraku mengamini setiap untaian do'a dari Imam. dan sesekali dia menirukan cara beranjakku, duduk pergantian antara shalawat dan do'a. hhhehe bener-bener buat gemes. coba aja pipinya sechubby punyaku ini, pasti udah aku cubit deh.
diakhir tarawih sebelum memulai witir. dengan polosnya gadis kecil itu berceloteh dengan khasnya.
"Lah, ngape sembahyang maghrib lagi ni yak"
aku dan kakak si gadis kecil tadi menemukan pandangan dan membagi tawa.
kujawab pertanyaan konyolnya itu.
"ini shalat witir sayang namonyo"
aku kembali tersenyum melihat ketersipuan gadis kecil ini.
dipenghujung shalat dan saatnya bersalaman. dia dan sang kakak menyambut tanganku sambil tertawa kecil. sekali lagi aku berbisik, "makasih yah dek".
okeh, pertemuan siingkat dengan gadis kecil itu mengingatkan aku pada anganku dulu.nantii akan kuceritakan dilain hari.


untuk nama yang membuatku 'ada' i love you

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
R.aut senja dekap Sang Bunda O.nak menari dahi Sang Ayah U.ngkap makna dalam cerita N.ilai budi dalam berkata N.isa rabu dalam purnama I.ngin gapai bintang dalam kerikil tajam S.aat surya berdamping hujan A.tau pelangi bersinar kala malam menyapa A.ntara rindu.rindu yang mengkristal M.eminjam puisi di sepertiga malam I.roni bercermin dalam fatamorgana N.yanyian subuh dalam dzikir Y.ang bertarung dalam indah dunia

Pengikut