RSS

sureprise salah kaprah

waduh. jum'at kemarin akhirnya aku pulang juga setelah dibujuk beribu kali oleh si cantik Ria-teman sekosku- notabene takut pulang sendirian ke banyuasin. ngakunya sih gak pulang sama bunda plus ayah. mau bikin kejutan gitu. eh, pas ditelpon ditengah jalan gak kuat juga aku bohong sama ayah. akhirnya, aku dijemput sama kakak dirumah ria yang ngakunya cuma sanjo kerumah.
pas nyampe rumah, eh akunya yang malah dikasih sureprise oleh si lucu my beloved nepp. si azzam menyembunyikan diri dikamar biru tercintaku. pas buka pintu kamar langsung dianya senyum ramah dan ngasih liat dua buah gigi bawahnya yang bikin gemes.

trus yang buat aku bersyukur lagi. untung banget aku pulang hari ini. ternyata bundaku nakal. katanya pas ditelpon bilang selalu sehat. tapi, ternyata beliau dapet surat keterangan istirahat tiga hari dari dokter. hem, dasar bundaku ini emang nakal banget deh.

menghabiskan malam dengan cengkrama tentang dunia kampus dan perantauan cukup menyita rasa kantukku yang tak tertahankan. abisnya capek banget uiy, mana lagi dapet tamu. so, maaf deh buat Ria. rencana puasa kita pending dulu yaa ;)

tapi, entah kenapa aku gask nyaman dengan satu hal. tak perlulah kuceritakan disini. mungkin ini cuma sifatmu moodyku yang gak ketulungan sama seseorang yang baru .
semoga aku bisa menganggapnya seperti adikku sendiri.

untuk nama yang membuatku 'ada', i love you ^_^

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

tugas opdik yang tak berguna


ADA APA DENGAN DUNIA MAHASISWA
Perkuliahan adalah kehidupan baru bagi setiap bekas siswa yang telah memilih jalan hidupnya untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Mahasiswa menjadi label membanggakan bagi para putih abu-abu yang mulai melek sosialis. Berbicara tentang mahasiswa tidak lepas dari tugas utama sebagai tholabul ilmi. Mengutip salah satu firman Allah Swt yang artinya, “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Q.S Al-Mujaadilah:11). Dari penggalan ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan menurut kacamata agama khususnya islam bahwa orang-orang yang menuntut ilmu mendapatkan derajat yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang memilih menjadi masyarakat antipatif. Sebagai pelaku pendidikan secara tidak langsung mahasiswa termasuk kategori yang dimaksud dalam ayat diatas. Orang yang menuntut ilmu.
Secara harfiah, maha berarti besar atau paling sedangkan siswa bermakna sebutan untuk seseorang yang menuntut ilmu. Jika dirumuskan secara menyeluruh mahasiswa dapat didefinisikan sebagai sebutan tertinggi bagi peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar pendidikan formal. Kampus adalah lembaga yang menaungi tempat terjadinya prosesi perkuliahan. Hal ini sangat berbeda apabila kita kaitkan dengan dunia sekolah yang baru kurang dari seratus hari kita tinggalkan. Jika dulu kita terbiasa dengan suasana yang masih bisa dikategorikan menjalani hidup sebagai remaja. Tidak untuk seorang mahasiswa atau mahasiswi. Sebagai peserta didik kita dituntut menjadi seseorang yang lebih dewasa. Bahkan dalam cakupan lebih luas kita dijadikan tonggak dari perilaku yang patut diteladani. Mahasiswa dipandang lebih keras sebagai materi pembangunan sumber daya manusia bagi bangsa yang merindukan kata damai sejahtera.
            Tanggung jawab dalam bermasyarakat banyak menuntut sesuatu yang berbeda bagi kita yang saat ini dianggap sebagai pendamping masyarakat. Lebih jauh ke depan status kependidikan yang kita emban baru-baru ini seolah menjadi titik berat dalam sosialisasi kemasyarakatan. Tak dapat mengelak dari opini masyarakat yang telah terbentuk. Jika menilik sejarah, wajar saja apabila mahasiswa diberikan kepercayaan sebesar itu. Masih ingatkah tentang Arief Rahman Hakim yang menjadi sorotan sebagai pahlawan ampera atau Elang Mulia Lesmana dan kawan-kawan yang terkenal dengan aksi Semanggi mereka? Peristiwa penumbangan masa orde lama yang mengharu-biru. Mengganti payung rezim menuju reformasi yang digaung-gaungkan bertahun penuh peluh dan wicara.
Masa sebelum kemerdekaan lebih menggugah. Sekedar mengenang puncak awal terbentuknya semangat kebangsaan yang diprakarsai para pendiri Boedi Utomo. Mereka adalah bukti sejarah yang tak dapat terelakkan dari rekam peristiwa tentang makna sebuah perjuangan. Apa status yang tertera dalam kartu tanda pengenal mereka saat itu? Ya. Mahasiswa. Idealisme dan sosialisme adalah paham yang tak pernah absen mengiringi langkah mereka kala itu. Peduli apa tentang wacana orang-orang kala itu, jangankan harta jiwa pun tak segan mereka gadaikan hanya untuk satu tujuan. Merdeka dalam Kemerdekaan.
Kemandirian juga sering dikait-kaitkan menjadi ciri khas yang harus dimiliki oleh setiap pribadi mahasiswa. Kedewasaan dalam berpikir, menghadapi dan pemecahan sebuah permasalahan, dan pembangunan bangsa dalam lingkup tertentu sesuai dengan kemampuan masing-masing. Cerminan kesempurnaan bertindak dalam masyarakat menjadi tantangan yang harus siap dihadapi bagi kita saat ini. Ini hanya karena satu alasan, karena kita tidak hanya terdiri atas satu suku kata tapi dua suku kata dengan intonasi yang tekanannya penuh makna. Maha. Tanggung jawab sebuah nama sepertinya memang agak berat.
Kampus berbeda dengan sekolah. Wajib menjawab lantang, Ya. Perlu saya garis bawahi, kampus yang saya maksud adalah sebuah universitas. Tak mengenal seragam, peraturan informal bersifat controlling yang tak terlalu mengikat, sistem belajar, dan sosialisasi serta psikologis yang tercipta sangatlah berbeda. Kemandirian sebagai pribadi dapat tercermin dalam masa perkuliahan yang dijalani seseorang. Pepatah lama mengatakan mencari umpan, pancing, dan makan sendiri adalah gambaran kasar mewakili masa belajar yang berbatas tujuh tahunan ini. Ini hanyalah minoritas realita yang menjemput kita esok.
Semasa sekolah, mendapatkan angka empat adalah sesuatu yang memalukan mungkin, tetapi tidak berlaku untuk pembelajaran yang ada di kampus. Angka empat menjadi berharga berlian dalam proses pembelajaran dengan rata-rata nilai sebentuk apektif semasa sekolah dulu. Lebih-lebih bagi yang menginginkan namanya dipanggil dengan predikat yudisium sebagai cumlaude. Huruf A dan B menjadi pelukis senyum dalam masa-masa tidur yang pendek dan begadang panjang. Bagi yang terbiasa dengan angka-angka di setiap tugas dan ulangannya, sepertinya harus membiasakan diri untuk mengganti paradigma numerik menjadi verbal. Absen  menjadi kartu keramat yang wajib terisi dengan bubuhan tanda tangan atau paraf persetujuan sang Dosen sebagai bukti ketekunan kita sebagai penuntut ilmu.
Saat slogan posisi menentukan perstasi masih terdengar nakal walaupun mulai sayup menggema dalam jam-jam menegangkan semesteran atau ujian lain yang sedikit menyita fokus akal dan pikiran mau tidak mau ikut membantu adaptasi secara tidak langsung. Kompleksitas masa perkuliahan membutuhkan sebuah mutualisme tak hanya sekedar dengan teman-teman seangkatan, kakak-kakak tingkat, dosen dan orang-orang sekitar civitas akademia. Menjalin hubungan baik dengan hati sangatlah penting. Mengingat virus yang sudah menjadi masalah umum sering mengancam dengan sistem imun yang tinggi. Malas. Selain kontrol yang  tak terlalu menjadi menu utama wejangan yang biasanya selalu jadi main course dalam dunia sekolah yang kita jalani dua belas tahunan belakangan. Mengalahkan diri sendiri ternyata lebih sulit daripada mengalahkan musuh manapun yang sifatnya eksternal.
Jika memilih menjadi mahasiswa kupu-kupu atau dalam istilah yang lebih dikenal sebagai kuliah-pulang-kuliah-pulang rasanya kurang menantang. Waktu belajar yang bersifat jumping agaknya terasa bosan jika tidak diisi dengan kegiatan diluar jam kuliah. Mencari relasi diluar jam kuliah tak salah untuk dilakoni atau sekedar menyempatkan singgah ke sarana pendidikan kampus yang bermanfaat dapat dijadikan referensi. Penawaran yang lebih menarik lainnya adalah mencoba berkecimpung di dunia organisasi. Jangan terlalu paranoid dengan ancaman keteteran tugas utama sebagai peserta didik, kerena menurut pada ayat 2 pasal 57 Kemahasiswaan dan Alumni pada buku panduan Pedoman Unsri 2000 Bab II Peraturan Universitas dijelaskan bahwa mahasiswa berhak memanfaatkan sumber daya Universitas melalui perwakilan atau organisasi kemahasiswaan untuk mengurus dan mengatur kesejahteraan, minat dan tata kehidupan bermasyarakat. Sudah sangat jelas dasar hukum yang mendukung pentingnya keikutsertaan kita dalam organisasi kampus.
Banyak sekali organisasi yang tersedia di kampus, seperti Mapala, Kerohanian, Pramuka, Pers, BEM, dan himpunan-himpunan kemahasiswaan lainnya. Semua tergantung selera. Memilih yang mewakili jiwa merupakan pilihan yang tepat. Jangan pernah hanya sekedar mengikuti tren latah yang sering dilakoni dewasa ini. Menjadi diri sendiri lebih baik daripada hanya mengikuti keinginan orang lain. Menggali kemampuan dan minat yang ada dapat memberikan angin segar mengobati kepenatan yang sering mampir tanpa permisi.
Selain mendapatkan efek yang positif, jika kita mengikuti organisasi sesuai dengan kenginan hati maka enjoy dan fokus menjadi jawaban dari pertanyaan ketika kita menanyakan kemampuan memanajemen waktu sebagai mahasiswa aktif. Terlahir sebagai calon pendidik ketika memilih jurusan di kampus biru ini, kebutuhan public speaking kita bisa jadi menjadi momok yang cukup menantang. Berhubungan dengan berbagai jenis karakter dan latar belakang para siswa dalam dunia kerja membutuhkan tempaan yang tepat dan menjanjikan. Organisasi salah satu solusinya. Mengapa? Ini alasan yang sepertinya sudah tergambar bagi mayoritas orang sudah mengenal dunia organisasi. Dunia organisasi mengajarkan banyak hal tentang kepemimpinan.
Terlalu jauh mungkin untuk berbicara dalam lingkup dunia kerja, secara kodratnya manusia memang telah mempunyai kedudukan sebagai pemimpin. Paradigma Al-Qur’an yang menguatkan persepsi ini seperti yang diterangkan dalam Q.S Al-Baqarah:30 yang artinya, “Ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat, Sungguh Aku telah menjadikan manusia sebagai khalifah dimuka bumi…” begitulah kira-kira penggalan ayat yang menerangkan makna leadership yang dikemukakan sebagai khalifah yang senada dengan makna kepemimpinan yang menjadi gaung utama dari sebuah organisasi.
Belajar membentuk dan mengatur orang lain menjadi hal yang mengasyikkan dalam dunia yang sering mempopulerkan orang-orang  konsisten mengembannya. Memahami karakter, melatih kepekaan terhadap lingkungan dan hal positif lainnya hanyalah sebagian kecil dari manfaat yang diberikan dari organisasi. Ini semua perlu dicermati dengan kadar yang wajar, karena semua yang terlalu tidak akan berdampak baik. Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, menjadi mahasiswa terlalu diam itu merugikan terlalu aktif juga akan berimplikasi negatif.
Terdengar klise jika kita menginginkan IPK 3,5 keatas menjadi desert di setiap pengumuman nilai akhir tetapi juga menjadi mahasiswa yang dikenal dengan segudang agenda diluar jam kuliahnya. Tapi, tak ada yang salah dengan bermimpi besar. Menargetkan sesuatu yang besar dengan usaha yang keras pasti akan berbuah manis walaupun belukar dan duri menjadi teman dalam perjalanan menuju tangga kesuksesan. There is want, there is way.
 Siapa yang tak mau lulus cepat, dengan nilai yang membanggakan, dikenal dalam oraganisasi kampus pula. Terlalu muluk? Sepertinya tidak. Jika saja manajemen waktu kita dalam kategori aman, karena yang membedakan suasana kampus adalah keberadaan kita menjadi seseorang yang dianggap wujudnya. Tantangan dalam masyarakat setelah masa-masa kuliah adalah kunci jawaban yang paling ampuh untuk menerangkan semua itu. Tapi, panggilan jiwa untuk terjun bebas menuju masyarakat yang berdendang sumbang tentang makna sosialis mahasiswa saat ini.
Dilema merupakan gulma yang kadang-kadang merapuhkan peranan mahasiswa saat ini. Hati menyuarakan turun ke jalan tanpa aksi anarkis yang sepertinya saat ini terlucut api politik yang menyulut halus sukma para aktivis kampus. Disisi lain, tuntutan studi yang keras terkadang jadi jalan buntu. Melihat lukisan perjuangan mahasiswa yang terpahat dari liputan media-massa membuat pergerakan mahasiswa seakan kehilangan ruh idealisnya. Terjangkiti krisis kepercayaan dan kehilangan sense of belonging yang semakin menambah daftar tunggu permasalahan yang mestinya terselesaikan dengan sumbangsih para tunas pembangun bangsa. Bukan sekedar turun ke jalan untuk membuat jalan terancam osteoporosis tak beralamat. Masyarakat masih merindukan idealisme yang sejati. Bukan sekedar berita kekerasan antara kepala dan hati. Aksi demonstasi tak berbuah perubahan selain perusakan sarana publik yang dibuat dari uang rakyat sendiri.
Mahasiswa sebagai agent of change memang menjadi harga mati bagi mereka yang berjiwa satria. Tak ada jalan yang tak berliku, memang. Namun, bukalah kembali cerita tentang Kongres Pemuda yang menjadi cikal-bakal sumpah pemuda yang saat ini pudar terlupa tergerus globalisasi yang lebih menarik untuk dipedomani. Ideologi berbangsa tak lagi menjadi jiwa yang dahulu menjadi senjata paling ampuh membakar jiwa perjuangan pemuda kala itu. Sulit menjadi pemilik 17 Agustus sebagai hari kemerdekaan jika Rengasdengklok tak terukir menjadi sejarah perjuangan dalam kisah lain para pemuda.
Perubahan tak perlu mengacu pada bangsa diluar, karena sudah terlalu banyak teladan pada masa sebelum merdeka yang perlu disesuaikan dengan wajah bangsa hari ini. Tugas sebagai agent of controlling harusnya menjadi fokus utama dalam perjuangan sebagai mitra masyarakat yang cuci tangan terhadap kekuasaan. Bermitra dengan pemerintah agaknya mimpi di siang bolong untuk negeri yang katanya kaya ini. Memerankan adegan sebagai sumber daya manusia yang berkualitas adalah tanggung jawab bersama sebagai anggota masyarakat. Namun, bagi mereka yang awam akan sangat terbantu dengan adanya pedoman dalam menjelajah dunia birokrasi yang hangat menyapa dunia mahasiswa ini.
Setiap manusia terlahir dengan tanggung jawab yang telah dipilih sebagai jalan hidupnya masing-masing. Internal dan eksternal menjadi acuan penting dalam membentuk kepribadian masing-masing. Dunia mahasiswa menjadi singgahan baru menuju perjuangan hakiki dalam menggenggam dunia.
WHAT'S WITH THE WORLD STUDENTS
Lectures are a new life for every former student who has chosen the path of his life to continue to pursue higher degrees. Students become the label for the white plume of gray began to literacy socialist. Speaking of the students are not separated from the main task as tholabul ilmi. To quote one word of Allah, which means, "Surely Allah will exalt those who believe among you and those who were given some degree of knowledge." (Surat al-Mujaadilah: 11). From snippets of verse can be deduced according to religion, especially Islam glasses that people who are studying to get a higher degree than those who choose to become public antipatif. As the perpetrators are indirectly education students including the categories referred to in paragraph above. People who are studying.
Literally, maha meaning great or at least while students meaningful name for someone who is studying. If formulated as a whole, students can be defined as the highest designation for students in teaching and learning of formal education. Campus is an institution that houses the scene of the procession of college. This is very different when we associate with the new world of school less than a hundred days we leave behind. If we had been accustomed to the atmosphere that can still be categorized as a teenager living. Not for a student or college student. As learners we are required to be an adult. Even within the broader scope we used the milestone of exemplary behavior. Students are considered harder as the material development of human resources for the people who missed the word peace.
Responsibility in a society demanding something different for us that are currently considered as a companion society. Further ahead we entailed educational status has recently seemed to be at the center in the socialization of society. Unable to circumvent public opinion that has formed. If you view the history, it is only natural if the student is given the trust of such magnitude. Remember about Arief Rahman Hakim is in the spotlight as a hero Ampera or Noble Eagle Lesmana and his friends are famous for their Clover action? Events overthrow the old order-blue confuse. Changing the regime toward reform umbrella digaung full-gaungkan many sweat and speech.
Period prior to independence is more evocative. Just remember the peak of the initial formation of the national spirit that initiated the founding of Boedi Utomo. They are evidence of an inescapable history of recorded events of the meaning of a struggle. What is the status listed in the ID cards of their time? Yes. Students. Idealism and understand that socialism is never absent accompany their step at the time. Who cares about the people the discourse at the time, let alone the soul did not hesitate property they mortgaged for one purpose only. Independence in Independence.
Independence is also often linked to the traits that must be possessed by each individual student. Maturity in thinking, confronting and solving a problem, and nation-building within a certain scope in accordance with their respective capabilities. Reflection of the perfection of acting in society must be prepared to face the challenges for us today. This is one reason only, because we do not only consist of one syllable but two syllables with meaningful intonation pressure. Maha. The responsibility of a name it's becoming a bit heavy.
Different from the school campus. Have to answer out loud, yes. Need I underline, I mean the campus of a university. Not familiar uniforms, informal rules are controlling a less binding, learning systems, and socialization and created very different psychologically. Independence as individuals may be reflected in the lecture that person lived. The old adage says look for bait, fishing line, and the meal itself is a rough idea of ​​representing the boundary seven times learned this year. This is just the minority who pick us up tomorrow's reality.
During school, get the number four is something of an embarrassment as possible, but not applicable to learning that exist on campus. Quaternion a valuable diamond in the learning process with an average value of a form apektif during school. The more so for those who want his name called by the predicate graduated as cum laude. The letters A and B to be a painter smile in times of short sleep and stay up long. For those who are familiar with the numbers on each task and ulangannya, seem to have to get used to change the paradigm of a verbal numeric. Absent a sacred cards that must be filled with signatures or initials bubuhan consent of the lecturer as proof of our perseverance as a prosecutor science.
When determining the position of the slogan still sounds naughty though perstasi began faintly echoed in the tense half-hour or a few other exam-consuming focus of mind and the mind would not want to come help adaptation indirectly. The complexity of the lecture requires a mutualism not only with classmates, brothers level, faculty and people around civitas academia. Establish good relations with the liver is very important. Given that the virus has become a common problem often threatened with a high immune system. Lazy. In addition to the control less of a sermon which is usually the main menu main course is always in the school world in which we live twelve years later. Self-defeating it is more difficult than defeating any enemies that are external.
If you choose a butterfly or a student in a more familiar term as the college-home-school-home feel less challenging. Time to learn who is jumping seems to feel bored if not filled with activities outside class hours. Seek relationships outside of class hours is not wrong to simply acted or took transit to the campus a useful educational tool can be used as a reference. Offer a more attractive the other is trying to organizations engaged in the world. Do not be too paranoid with the threat keteteran main task as learners, since according to in paragraph 2 of Article 57 Students and Alumni in the guidebook Guide 2000 Part II Regulation Unsri University explained that the students may use any university resources through their representatives or student organization to administer and manage the welfare , interest in community life and governance. It's very clear legal basis that supports the importance of our participation in campus organizations.
Lots of organizations are available on campus, such as Mapala, Spirituality, Scouts, Press, BEM, and other student associations. All depends on taste. Choose who represents the soul is the right choice. Never just follow the trends that often acted talkative today. Being yourself is better than just following the wishes of others. Exploring existing skills and interests can provide fresh air to treat the fatigue that often stop by unannounced.
Besides getting positive effect, if we follow the organization in accordance with the Desire heart then enjoy and focus to be the answer to the question when we ask for the ability of managing time as an active student. Born as potential educators when selecting college majors in the blue, we need public speaking can be a scourge that is quite challenging. Associated with different types of characters and background of the students in the world of work requires forging an appropriate and promising. Organizations one solution. Why? This reason seems to have envisaged for the majority of people are familiar with the world organization. Organizational world teaches many things about leadership.
Too far away as possible to speak within the scope of the work world, the human nature had indeed had a position as a leader. Paradigm Quran reinforces this perception as explained in Surah Al-Baqarah: 30 which means, "When thy Lord said to the angels, I really had made man as the Caliph on earth ..." that's about explaining the verse fragments meaning of leadership presented as the caliph who was attuned to the meaning of leadership is the primary echo of an organization.
Learning to form and organize others to be an exciting thing in the world that is often popularized the people consistent mengembannya. Understand the character, train sensitivity to the environment and other positive thing is just a fraction of the benefits provided from the organization. This all needs to be examined with a reasonable level, because all that too would not impact either. Everything that is excessive is not good, a student was hurt too quiet overactive also be negative implications.
Sound cliché, if we want a 3.5 GPA and above the desert at the end of each announcement, but also a student known by a myriad of agendas outside lecture hours. But, there's nothing wrong with dreaming big. Targeting something big with the effort will certainly bear fruit, although sweet shrub and thorn became friends on the way to the ladder of success. 'There is want, there is way.
 Who would not want to pass quickly, with the value of a proud, well known in oraganisasi campus. Too grandiose? Apparently not. If only we in the category of time management is safe, because what distinguishes the campus atmosphere is our existence into one that is considered form. Challenges in society after a period of college is the key answers to the most powerful way to explain it all. But, calling for free-fall toward the community of archers-key about the meaning of socialist students today.
The dilemma is a weed that is sometimes fragile role of current students. Heart voiced on the streets without any action at this time seems anarchist politics that fueled the fire terlucut smooth soul of campus activists. On the other hand, claims that studies hard sometimes to be a stalemate. Seeing students struggle paintings carved from the mass-media coverage make the student movement seemed to lose spirit idealist. Plagued by a crisis of confidence and loss of sense of belonging which increased the waiting list problems should be solved with the contribution of the budding nation builders. Not just took to the streets to make way threatened not bode osteoporosis. Society still miss the true idealism. Not just the news of violence between head and heart. Action demonstration fruitless changes besides the destruction of public facilities which are made from people's own money.
Students as agents of change has become a fixed price for those who spirited knight. No winding road that is not, indeed. However, open the back story of the Youth Congress that became the forerunner of the current oath of youth fade forgotten globalization eroded the more interesting to be guided. Ideology is no longer the soul of a nation that used to be the most powerful weapon of struggle burning soul boy at the time. It's hard to be the owner of August 17 as Independence Day if Rengasdengklok not etched into the history of struggles in other stories of youth.
Changes do not need to refer to the outside, because it contains too many examples in the period before independence that needs to be adjusted to face the nation today. Tasks as the agent of controlling should be the main focus in the struggle as a community partner who wash their hands of power. Partnering with the government seem to dream in broad daylight for which he said this rich country. Acting out scenes as qualified human resources is a shared responsibility as members of society. However, for those who lay will be greatly assisted by the guidance in exploring the world of bureaucracy that these students warmly greet the world.
Every human born with responsibilities that have been selected as a way of life respectively. Internal and external become an important reference in shaping the personality of each. Students into the new world Singgahan essential in the struggle to hold the world.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

who am i versi bahasa daerah


WHO AM I ?
Ujung tahun yang ceria untuk penantian membahagiake di Seterio, 30 Desember 1992. Sesudem nyari-nyari dan nyusun-nyusun beberapo kato akhirnye, Rounnisa Aminy diberekke oleh Bakku Rosihan Naya waktu sudem 7 ari 7 malem Embikku, Najemah metuke aku dari rahimnye. Aku ini anak betino dewek di rumah sesudah didului oleh duo kakak-kakakku yang hebat-hebat. Sembilan taon sudem wong tuoku beranak duo ikok anak lanang benamo Alfidldlota Dama dengen Kasyfillah yang mak ini ari lah punyo keluargo kecik dewek-dewek. Waktu kecikku pacak dikatoke temasok indah, kerno aku tumbuh dalam kondisi keluargo dengan tetanggo yang kondusif. Cumen, kerno aku nih anak betino dewek dak salah kalo aku jadi budak betino yang agak tomboy. Kawan deketku yang dak laen tetanggoku jugo lanang. Aku kawanan dengen die dari kecik sampe tebesak. Maen layangan, ujan-ujanan,singit-singitan lah pasti jadi menu utama kamek pas ngukir masa kanak-kanak kamek. Aku dengen die ade panggilan khusus yang sampe sekarang idak berubah, malah mak ini ari banyak kawan-kawanku yang melok-melokan manggil aku dengen panggilan itu. Dak nyalahkenye soalnye kamek  sesekolah dari TK sampe kuliah ini. Cumen, pas kelas 4 SD die sempat pindah sekolah tapi akhirnye ketemu lagi pas kelas enem di SD Negeri Percontohan Pangkalan Balai. Lanjut ke SMP Negeri 1 Banyuasin III, trus sempat sekelas lagi waktu kelas X SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III. Kuliahnye jugo samo-samo di Universitas Sriwijaya, tapi beda kampus be. Aku di layo, die di Palembang. Itu cumen sekelumit cerito jaman aku kecik dulu.
            Pas lah jadi ‘gadis’, alhamdulillah aku mantepke niat untuk beguyur jadi muslimah. Mungkin sejak waktu itu jugo sifat tomboyku mulai agak belari dikit-dikit. Tapi, bukan berarti ilang galo sifat tomboyku itu. Aku mulai bekedurung sejak masuk SMP. SMP Negeri 1 Banyuasin III yang sebenernye setengah hati kumasuki. Yoh, dak laen kerno aku sebenernye kepengen masuk pesantren di Tangerang, tapi berhubung Embikku ngeri ngelepas aku disano dewean jadi kuturuti be kendak die. Alhamdulillah aku jadi yang pertamo pas tes masuknye, sejak itu aku jadi semangat untuk sekolah disitu. Ketemu dengen guru puisi yang sudah kuanggap Embikku dewek, jadi pemimpin di sekolah, jadi yang pertamo di setiap raporku membuat aku jadi besyukur dengan jalan yang dipilih wong tuoku nih. Bener uji pepatoh lamo ‘Restu orang tua itu berkah’. Aku makin nyaman pas banyak lomba-lomba yang mendidikku dengan arti menang dan kalah. Terus terang be, jaman SD dulu aku tu wong yang dak galak kalah kalo lomba. Itu salah satu sifat burukku yang mak ini ari lah punah seiring berjalannye pikiranku.
            Walopun disekolah aku banyak behubungan dengan wong banyak, tapi pas SMP aku dikenal wong dengan sifat pemaluku. Aku susah nian yang namonye negur wong duluan. Istilahnye tuh dak galak mulai duluan, tapi kalu lah diajak wong ngomong aku wongnye asik kok. Sekarang aku agak dak betah dengan sifat itu, jadi dikit-dikit mak ini ari aku lah ngekes sifat itu dari kepribadianku dan mulai berubah jadi wong ramah walopun agak susah. Jutekku tu saro nian ngilangkenye. Tapi katek yang salah dengen makno mencubo. Kalu uji guruku pas SMA dulu ‘Mencoba sesuatu tetapi tidak berhasil meraih yang diharapkan bukanlah kegagalan tetapi kegagalan sejatinya adalah disaat kita tidak pernah mencoba sama sekali’. Nah pakem nian motivasi itu, agak nyambung dikit lah dengan motto idupku “Beranilah menanti, karena itulah juangmu”. Singkat cerito kito harus besabarlah dalem idop nih.
            Aku jugo wong yang keras kepala, kagek ade sikok cerito lucu sekaligus ngesenke diakhir cerito tentang kekerasan kepalaku ini. Mungkin kerno sifat manja sebagai anak betino semato wayang di rumah. Tapi, kalo masalah keperluanku aku paling sungkan dianggep budak kecik. Aku sungkan nian kalo harus direwangi terus-menerus untuk ngurusi hal yang menurut aku pacak ngawekenye dewek. Kalu uji embikku  aku ni agak berani walopun aku betino. Maklum be efek masa kecik yang lah kucerito dipucuk tadi. Yo, aku dak galak be jadi betino yang terlalu manja walopun aku anak ujok. Aku temasok wong yang moody. Kalo tepeci moodnye yoh asik, tapi kalu moodnye lagi jahat dem tecugak nian. Itu pendapat yang kukutip dari kawan kostku yang lah bekawan dengan aku sejak kelas tigo SMP. Nah itulah kiro-kiro aib-aibku.
            Kalu bekawan aku seneng nian bekawan dengan segalo wong dengen kepribadian dan latar belakang idop yang macem-macem. Kalu dibuat daftar aku pernah bekawan dengan preman sampe kiai, wong populer sampe minderan. Pokoknye aku men bekawan dak mandang dari luar dan latar belakang idopnye. Milih aman dalam begaol. Tapi, prinsip bersahabatku masih mak lamo. Aku bekawan dengan segalo wong tapi selektif jugo untuk milih sahabat. Walopun seneng melok pengajian untuk kebutuhan rohaniku tapi aku nih temasok golongan STMJ, Sholat Terus Musik Jalan. Aku seneng nengerke musik, alirannye sih Jazz, Rapp, RnB, Pop, Daerah jugo. Online jugo jadi gawe yang dak pernah bosen untuk aku lakuke. Ade sikok hobi aneh yang kupunyo, aku seneng nian nyigok gerimis. Kalu lagi ade inspirasi, aku jugo seneng ngabisi tinta pena atau dak mecet tuts-tuts laptop untuk belajar nulis. Selain sebagai caro lain curhat alias ngungkapke perasaan, nulis jugo hobi laenku selaen maco.   
             Kalu dijingok-jingok dari hobiku aku nih temasok yang seneng dengan dunio jurnalis yeh. Yoh mak itulah kiro-kiro. Aku kagum nian dengen wong-wong dibalik layar mecak sutradara, penyiar radio, tim kreatif, wartawan, dan guru. Nah, ngapo guru dikatoke gawean dibalik layar yeh ? Padahal kan dedape tuh behubungan langsong face-to-face dengen murid-muridnye. Ehm, aku punyo persepsi dewek nah. Menurutku, guru jugo gawean dibalik layar. Di balik layar  jalan idop wong dewek-dewek. Masalah sukses ato idak itu tegantung opini dan usaha wong dewek-dewek.
             Teringet aku, tadi ken aku nak ngenjuk sikok cerito lucu di akhir Catatan Pelangiku ini. Nah cubo simakke dulu yeh. Pecayo dak dengen kekuatan do’a ? Pecayo jugo dak dengen pepatoh lamo men omongan itu do’a. Nah, men aku pecayo nian koh. Ini buktinye. Aiy langsong be ken. Jadi mak ini ceritonye. Saking kerasnye kepalanku ni, waktu ade sosialisasi masalah bimbel disekolahku aku langsung bepikir jaoh. Takut nian dak lulus SNMPTN jalur undangan, padahal keluargaku terutama Embikku lah agaknye kurang setuju dengen keputusan ‘aku nak bimbel’ itu kerno sebenernye beliau lah ado firasat bagus untuk usaha undanganku ini walopun dak diomongkenye dengen aku. Aku tau men die dak galak ngecewake aku. Akhirnye aku jadi bimbel jugo selamo ngisi waktu nunggu pengumuman jalur undangan. Di sikok ari, pas aku balek naek bus jurusan Sekayu yang ngelewati rumahku yang bealamat di Jalan Masjid Al-Hafidz No 23 RT 10 RW 03 Lk. II Kelurahan Seterio, Banyuasin. Aku kebenaran sebangku dengen wong tuo yang nak nganterke cocongnye ke rumah anaknye di Sekayu. Itu yang aku tangkep dari obrolan kamek diawal perjalanan kamek. Nyek itu ngajak aku ngomong sepanjang jalan. Mak ini kiro-kiro cuplikannye.
            “Balek kuliah, Nak ?”. Die mulai omongan waktu itu.
            Sebernernye aku agak ngantuk waktu itu, jadi aku mutuske nyawab sekenonye be. Sebab wong-wong yang galak betanyo di laen perjalananku sebelumnye banyak dak pacak mbedake bimbel untuk kuliah dengen bimbel pendidikan dan pelatihan. Jadi, aku nyawabnye sekenonye be.
            “Ehmmm, iyo Buk ^_^” Agak ragu-ragu aku nyawabnye.
            “Kuliah dimano ?” tanyonye lagi
            Aku diem. Bingung nak nyawab apo ? senjata makan tuan. Laju aku teringet omongan Embikku, ‘omongan tuh Do’a My’. Aiy, kupikir Nenek ini dak bakalan nanyo lebih lanjut lagi, jadi kujawab be…
            “Unsri Buk ^_^” Dalam hati bekato ‘Amien Yaa Allah’
            “Oh, Alhamdulillah. Jurusan apo ?” nah, pecah utak aku. Dem kunikmati be kebohongan ini.
            “FKIP Biologi Buk ^_^.” Berharap dak betanyo lagi, kerno aku takut nian dengan aksi mengkhayalku ini.
            “Yo..yo… semester berapo ?” aduh. Ibu ini mbuat Sang Atid dak berenti nulis catetan dusoku be.
            “Semester duo Buk ^_^” dem, nyerah aku. Aiydah nyesel rasenye.
            “Oh, jadi kalo sabtu balek yeh ? berapo ari kuliahnyo ?” Okeh, lah telanjur basah yosudah mandilah be sekalian. Mudah-mudahan omonganku ini diaminke malaikat, pikirku waktu itu.
            Bebekal cerito dari kawan yang jugo lah kuliah di Unsri, kujawab be…
“Iyo Buk, kan kami kuliahnye senin-jum’at kalo sabtu libur, jadi kalo kangen balek aku Buk kalo sabtu.” Ops. Ngurut dado aku. Akhirnye inilah kebohongan terakhirku. Pas sesudem ngelakuke duso bejibun itu aku langsong ngaku duso di sujud asharku pas nyampe rumah.
Beberapo hari sesudem aku dinyatake lulus jadi sikok dari ribuan calon pemegang KTM PTN khususnye Unsri aku baru berani becerito dengan Embikku. Men uji Embikku yang ngerakke bibirku waktu itu tu malaikat. Sikok petando yang muat aku ngeraso beduso nian tapi aku dak tepikir nyampe kesano.
Beh, lah nak limo lembar yeh aku becawa. Padahal cumen disoroh 2 lembar. Aiy dak papolah, itung-itung untuk bagi pengalaman selaen ngenalke diri. Semoga aku pacak diterimo disini dan ngewujudke cita-citaku untuk mbanggake wong tuoku. Amiin.
            11 Agustus 2011

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ngekoss part 1


                  4 september 2011. Sebernanya males banget harus balik lagi ke rumah kedua ini. Tapi yah mo gimana lagi. Hidup harus terus berjalan anak muda. Gua udah jadi mahasiswa sekarang. Jauh dari ortu emang udah jadi harga mati yang sulit dielakkan. Pas ngeliat kamar tadi sore? Ampun dah nih kamar. Berantakan amat yak ? gimana nggak semua tetek bengek dari kampung tercinta tupah ruah tanpa diabsen mongol disetiap sudut kamar.
                Maaf penulis capek dan ngantuk :(

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
R.aut senja dekap Sang Bunda O.nak menari dahi Sang Ayah U.ngkap makna dalam cerita N.ilai budi dalam berkata N.isa rabu dalam purnama I.ngin gapai bintang dalam kerikil tajam S.aat surya berdamping hujan A.tau pelangi bersinar kala malam menyapa A.ntara rindu.rindu yang mengkristal M.eminjam puisi di sepertiga malam I.roni bercermin dalam fatamorgana N.yanyian subuh dalam dzikir Y.ang bertarung dalam indah dunia

Pengikut