RSS

coba-coba nulis berhadiah :D

hahahaha :D mau ketawa dulu ah. abis, sekarang aku lagi mau ngepost tulisan yang pernah kuikutkan dalam lomba menulis esai yang diadakan oleh BEM FKIP UNSRI. dan alhamdulillah dapet juara pertama dari dua peserta yang ikut. lucu banget menangnya. tapi gak apa-apa coz dari sini juga aku akhirnya bisa mengenal mbak-mbak yang luar biasa itu :)
 PEMIRA, BUKAN SEKEDAR POLITIK PENCITRAAN
Pemira? Sudah akrabkah di telinga kalian? Tidak heran jika sayaa sebagai pribadi yang masih tercatat selaku mahasiswa baru masih asing dengan istilah tersebut. Pemilihan umum raya, belakangan itulah yang saya simpulkan dari beberapa lisan yang menyosialisasikan agenda tahunan ini. Sebagian orang berpendapat bahwa kegiatan ini adalah implementasi mini dari sistem pemerintahan yang berlaku di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa penyelenggaraan pekan politik ini merupakan salah satu upaya revitalisasi pancasila dalam dunia pendidikan khususnya dunia kampus. Terselip misi demokrasi yang saat ini sedang gencar-gencarnya menjadi menu utama perbincangan sekaligus perdebatan antara birokrasi dan media massa.
Sosok Magnetik Solutif
Pemilihan umum para tokoh yang nantinya akan bertanggung jawab terhadap mahasiswa lainnya memang menarik untuk terus ditelusuri perkembangannya. Fakultas yang didengung-dengungkan sebagai mesin pencetak generasi bangsa ini perlu sosok dengan citra menarik untuk menjadi ikon dalam oreintasi kegiatan kampusnya. Eksistensi seorang pemimpin memang diperlukan untuk mewakili kesan pertama pengenalan sebuah organisasi. Citra ‘magnetik’ itulah akan menelurkan simpati-simpati yang dapat dipertanggungjawabkan.
Krisis sosok belakangan yang melanda bangsa Indonesia semakin menambah deretan panjang permasalahan yang krusial. Kesempatan berdemokrasi tingkat fakultas dapat dijadikan solusi jitu dalam penyelesaian masalah masif ini. Mengapa demikian? Pemilihan Raya Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan dapat menjadi wahana pembenahan bangsa dalam ruang lingkup yang relatif sempit dan terdekat. Bukankah petuah hidup berkata mulailah dengan diri sendiri, hal-hal terkecil dan hal terdekat disekitar kita. Tak ada kata terlambat untuk sebuah pembenahan, bukan?
Pencitraan lahir bukan dari tren temporer yang perlahan telah menjadi tradisi bangsa. Kemampuan dan kharisma memimpin hendaknya telah tertanam sebagai teladan yang berkarakter, terkhusus bagi kampus biru yang selalu dituntut untuk menjadi panutan bagi tunas-tunas bangsa. Kemampuan mempengaruhi jangan hanya dijadikan kembing hitam otoriter kepribadian maupun kelompok. Kampus biru membutuhkan sosok dengan citra lugas. Integritas dan kredibilitas menjadi jamuan hangat bagi mereka yang telah mendeklarasikan diri sebagai peramu kehidupan berdemokrasi kampus tercinta. Manajemen merupakan keahlian yang menjadi nilai plus dalam berorganisasi. Kecerdasan pemimpin bukan berasal dari kognitif saja, melainkan keberhasilan kerja sama tim dalam menyukseskan sebuah amanah yang telah digenggam Pemilihan Umum Raya FKIP ini hendaknya tidak disikapi sebagai ajang pencitraan temporer belaka.
Memilih insan pendidikan sebagai identitas kemahasiswaan, seharusnya sudah memahami bahwa kita bukan sekadar mempunyai peranan sebagai iron stock atau cadangan masa depan. Namun, jika sudah menghadapi dunia kerja kita akan bekerja ganda. Menjadi rahim dari iron stock itu sendiri. Kitalah arsitek dari perkembangan peradaban negara kita kelaknya, bahkan dunia pada cakupan yang lebih luas lagi. Bukan. Ini bukan bualan, karena kita memegang amanah tersendiri dari sang pencipta. Lantunan indah kalam Allah dalam Q.S Al-Baqoroh:30 berbunyi bahwa, “Dan ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat, Aku akan menjadikan khalifah dimuka bumi ini. Lalu para malaikat berkata, ‘apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami senantiasa bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’. Lalu Dia berfirman, sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Jadi jika Allah saja telah memberikan kepercayaan kepada kita sebagai wakil-Nya atau pemimpin (khalifah) dimuka bumi, pantaskah kita menodai keberanian Allah atas pembelaan-Nya dihadapan malaikat kala itu kepada kita?
Resolusi Menuju Madani
Hidup sebagai manusia abad millenium mengajarkan kita tentang kerasnya perjuangan. Berada ditengah lautan beragam pemikiran dan persepsi merupakan warna-warni yang harus disyukuri sebagai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an historis-filosofis karakter bangsa. Mengacu pada Pasal 3 Bab III Undang-Undang Keluarga Mahasiswa Universitas Sriwijaya No 3 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 2 tentang Pemilihan Umum Mahasiswa Universitas Sriwijaya yang memuat beberapa tujuan, diantaranya; sebagai wadah pelaksanaan kedaulatan mahasiswa dalam Keluarga Mahasiswa yang berdasarkan konstitusi Keluarga Mahasiswa Universitas Sriwijaya. Jelas sudah tergambar bahwa konstitusi intern ini memayungi kita dalam upaya eksistensi menghadapi tantangan yang ditawarkan globalisasi. Selain berbagai tantangan eksternal seperti faktor lingkungan, sarana dan prasarana dan sebagainya kita perlu menyadari bersama bahwa diri sendiri khususnya hawa nafsu adalah musuh yang tertangguh untuk ditaklukkan.
Kekreatifitasan dalam menjalani dunia kampus sering menjadi kendala dan menjadi faktor berpengaruh terhadap penilaian kelayakan pendeklarasian diri sebagai mahasiswa. Seperti dalam firman Allah Swt dalam Q.S Ar-Ra’du: 11, “Tidak akan berubah suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya”. Peranan manusia sebagai makhluk intelektual dituntut untuk selalu mengaktualkan diri berbekal ilmu dan pengetahuan yang telah diperoleh selama proses pendidikan berlangsung. Tidak hanya berhenti pada hal bersifat akademis, peranan mahasiswa sebagai agent of change memang perlu disadari bersama sebagai jembatan menuju perbaikan kualitas diri yang akan tertoreh menjadi kualitas bangsa.
Suasana pesantren yang menjadi julukan bagi kampus biru ini bukan merupakan gambaran egoisme. Egaliter menjadi indikator perubahan 2013 memang menjadi penyokong utama dalam upaya penumpasan kesenjangan sosial-religi. Selain deretan konsep yang dirancang untuk mewujudkan impian bersama tersebut tentunya terdapat target-target, antara lain organisatoris. Dari asal pembendaharaan katanya saja sudah cukup menggambarkan makna dari istilah di atas. Peran sebagai kontrol sosial haruslah beradegan serasi dengan skenario yang bersumber pada institusional. Organisatoris mengharapkan agar masayarakat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan mampu berkomunikasi dengan baik, kritis terhadap isu kekinian, peduli terhadap keadaan sekitar dan sebagainya.
Pemilihan umum raya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan menjadi sarana dalam mengembangkan konsep Madani 2013 karena inilah forum komunikasi terdekat sekaligus berpengaruh dalam kelangsungan kehidupan aspirasi para mahasiswa yang merindukan kejayaan. Setelah mendapatkan esensi leadership, merangkul visi dan misi yang dituangkan ke dalam realitas kehidupan berorganisasi merupakan langkah awal dalam merealisasikan cita-cita bersama.
Mahasiswa merupakan kunci dari pembangunan karakter yang diakumulasikan sebagai nilai-nilai tercantum dalam pencanangan FKIP Madani. Pintu globalisasi yang menanti di depan mata haruslah menjadi tantangan integral yang terprioritas. 2013 itu bukan sekedar wacana, teman. Hanya beberapa hitungan bulan lagi. Rotasi bumi yang semakin mendekat harus dipersiapkan dengan matang agar kelaknya, benih yang kita pupuk dengan kerja keras dan terkadang disirami air mata perjuangan itu akan membuahkan senyum kelegaan membanggakan bagi kita semua. Namun, jangan jadikan Madani sebagai pencitraan belaka. Jadikan impian ini menjadi karakter realistis.
Sinergiskan Pengaruh dan Perubahan
            Menjadi bagian dari perkembangan peradaban secara disadari atau tidak merupakan sarana dalam pembangunan karakter. Lingkungan yang memaksa kita menjadi sesuatu yang tergambar dari pengaruh yang berpotensi. Namun, disisi lain perkembangan peradaban tersebut juga dapat melahirkan sosok yang justru melawan arah angin dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan hidup monoton. Keberagaman inilah yang jadi warna-warni dalam dunia organisasi. Leadership skill dalam mengelola sumber daya memerlukan personal value agar wajah dari sebuah organisasi itu dapat berbicara tidak hanya bersifat duniawi tetapi juga mewakili spiritual yang sangat penting untuk gaung perubahan yang menggema.
            Dunia yang menyambut kita dengan faham digital menuntut kita untuk terus berekplorasi dan berinovasi menuju hal-hal positif. Layaknya semboyan Jepang kuno yang terkenal yaitu Kaizen, yang maknanya buang hal-hal yang buruk, ambil kebaikannya lalu ciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula proses pembelajaran yang akhir-akhir ini menjadi tanggung jawab bersama. Melalui evaluasi dari sosok-sosok terdahulu kita sebagai insan demokratis seharusnya dapat menjadikan masa lalu sebagai filter untuk masa depan yang lebih baik. Mengkaji hal-hal yang perlu dipermak dan membuat sebuah perubahan yang bermakna. Target dalam menuju perubahan sudah dipagari dengan nilai-nilai yang terkandung dalam konstitusi intern dan impian 2013. Tidak ada alasan untuk berkata tidak untuk melesat menjadi FKIP Madani 2013, bukan? Pemira FKIP adalah gerbang perubahannya.

Indralaya, 09 Desember 2011
Rounnisa Aminy

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
R.aut senja dekap Sang Bunda O.nak menari dahi Sang Ayah U.ngkap makna dalam cerita N.ilai budi dalam berkata N.isa rabu dalam purnama I.ngin gapai bintang dalam kerikil tajam S.aat surya berdamping hujan A.tau pelangi bersinar kala malam menyapa A.ntara rindu.rindu yang mengkristal M.eminjam puisi di sepertiga malam I.roni bercermin dalam fatamorgana N.yanyian subuh dalam dzikir Y.ang bertarung dalam indah dunia

Pengikut